Menghadapi Ketakutan/Kekuatiran

Orang kuatir tentang berbagai aspek kehidupan, seringkali berfokus pada hal-hal yang mereka tidak yakini atau membayangkan skenario terburuk. Kekhawatiran yang umum meliputi masalah kesehatan (meskipun tidak ada yang salah), masalah keuangan, keamanan kerja, hubungan, dan masa depan.

Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari kekhawatiran kita (sekitar 8%) yang benar-benar layak untuk kita khawatirkan.*

Kekhawatiran sering digambarkan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan dapat mengganggu ketenangan pikiran dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Kekhawatiran dapat berasal dari prioritas yang salah atau kurangnya kepercayaan pada pemeliharaan Tuhan.

Para ahli berpendapat bahwa kekhawatiran dapat berfungsi sebagai peringatan untuk menilai kembali kehidupan dan prioritas rohani seseorang. Namun, membedakan antara kekhawatiran yang terkontrol dan kecemasan yang melumpuhkan tetap menjadi tantangan bagi banyak orang.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi/Phil 4:6-7).

Ayat di atas menginstruksikan kita untuk tidak cemas dan justru menganjurkan untuk berdoa. Di sini Firman Tuhan berkata supaya kita menyampaikan kepada Tuhan, bukan hanya berdiam diri, melalui doa permohonan dan ucapan syukur kepada Tuhan.

Tuhan Yesus juga mengajarkan dalam Mat 6:25-34, agar kita melihat keberadaan kita sebagai anak-anak-Nya. Dan Bapa di surga mengasihi dan mempedulikan kita, lebih daripada burung di udara dan bunga bakung yang tidak dirawat secara khusus.

Referensi:

LaFreniere, L. S., & Newman, M. G. (2019). Exposing worry’s deceit: Percentage of untrue worries in generalized anxiety disorder treatment. Behavior Therapy. doi:10.1016/j.beth.2019.07.003 https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7233480/